LintasManis - Sejarah kopi di Indonesia berawal empat abad silam. Saat itu, India mengirim bibit kopi Yemen atau Arabica kepada Gubernur Belanda di Batavia pada 1696. Sayangnya bibit pertama gagal tumbuh karena banjir di Batavia.
Pengiriman kedua berjalan lancar. Benih kopi tumbuh di Indonesia. Pada 1711, biji-biji kopi dikirim ke Eropa. Dalam waktu 10 tahun, ekspor kopi meningkat sampai 60 ton per tahun.
Indonesia menjadi daerah perkebunan kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia. Minum kopi kini sudah jadi tradisi di Indonesia.
Menurut Bondan Winarno, pakar kuliner Indonesia dikutip Fimela, di Kalimantan, Riau, sisi Timur Sumatera rata-rata setiap pagi orang datang ke warung kopi tanpa terlebih dulu sarapan.
Beberapa kedai kopi asli Indonesia sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu. Berikut kedai kopi legendaris yang ada di Indonesia.
1. Warung Kopi Solong, 1974
Rasanya ada yang kurang bila ke Aceh tidak mampir ke kedai kopi. Satu kedai yang wajib disambangi adalah Kedai Solong di kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh.
Warung kopi ini punya slogan unik "Warkop Jasa Ayah." Warung kopi ini berdiri sejak 1974. Menurut Cek Nawi, penerus usaha ini, Solong hanyalah nama panggilan ayahnya ketika masih bekerja pada orang Tionghoa di Peunayong atau suatu kawasan pemukiman etnis Tionghoa di Banda Aceh.
Warung ini mulai dikenal luas oleh masyarakat luar Ulee Kareng sekitar 1990-an. Setelah menjadi maskot warung kopi Aceh, banyak tokoh yang datang. Cek Nawi terus menjaga kualitas kopi racikannya. Ia tetap memakai biji kopi dari Pidie dan Lamno, Aceh Jaya.
2. Warung Kopi Phoenam, 1946
Bukan hanya Belitung yang punya tradisi minum kopi, di Makassar Anda juga bisa mudah mendapatkan warung kopi. Sulawasi Selatan juga terkenal dengan dua daerah penghasil kopi, Toraja dan Kalosi.
Salah satu yang terkenal adalah Phoenam. Warung kopi ini didirikan oleh Liong Thay Hiong pada 1946. Berawal dari kedai di Jalan Nusantara, Makassar di daerah pelabuhan.
Nama Phoenam diberikan oleh salah satu kerabat Liong, yaitu seorang profesor yang
bersekolah di Amerika Serikat. Menurut salah satu putra Liong, Hendra Leo, Phoenam artinya tempat singgah di selatan.
Warung kopi Phoenam kini tidak hanya bisa ditemui di Makassar tapi juga kota lain termasuk di Jakarta
3. Warung Kopi Purnama, 1930
Warung kopi Purnama sudah ada sejak 1930, Tempatnya tidak menonjol. Berada di tengah-
tengah ruas Jalan Alkateri, Bandung. Warung kopi ini diapit deretan toko yang mayoritas menjual tirai, seperti dilansir Kompasmuda.
Kursi dan meja sebagian besar sama dengan yang diduki tamu sejak 85 tahun lalu. Dan yang tidak berubah tentu saja: kopi susu dan roto srikaya.
Pendiri kedai ini adalah Yong A Thong. Dia berasal dari Medang yang hijrah ke Bandung. Semula warung ini bernama Chang Chong Se yang artinya silakan mencoba. Nama itu diganti menjadi Warung Kopi Purnama karena kebijakan pemerintah yang mengharuskan menggunakan pemakaian nama Indonesia pada 1966. Nama purnama dipilih karena kebijakan pemerintah yang mengharuskan menggunakan pemakaian nama Indonesia pada 1966. Nama purnama dipilih karena mengandung positif, yakni terang dan bulat sempurna.
Selain kopi susu, kopi hitam juga andalan. Sepintas mirip kopitiam khas masyarakat keturunan Tionghoa di tanah Melayu. Sejumlah pesohor pernah mampir di warung ini, seperti Andien, Daan Aria, dan Capung "Java Jive."
3. Kedai Es Kopi Tak Kie, 1927
Kedai ini terletak di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Tepatnya di Jalan Pintu Besar Selatan III Nomor 4-6. Kedai kopi yang berdiri 1927 ini berada di gang sempit dengan kursi-kursi kayu dan kipas angin.
Kopi Es Tak Kie dirintis oleh perantau Tiongkok, Liong Kwie Tjong yang kemudian diteruskan oleh Liong Tjen. Kedai ini dikelola oleh generasi ketiga yakni Latif Yulus atau sering dipanggil Ayauw dan Liong Kwang Joe.
Ayauw meracik kopi yang didatangkan dari beberapa daerah untuk dihidangkan kepada pelanggan. "Saya racik sendiri, habis sangrai, lalu digiling," ujar Ayauw kepada Tempo. Yang dikenal dari kedai ini adalah Es kopi Tak Kie. Kopi ini, seperti dilansir Kompas, merupakan campuran kopi dari jenis kopi Robusta maupun Arabika dari Lampung, Toraja sampai Sidikalang.
Ada pelanggan yang setiap pagi mendatangi kedai ini untuk menikmati kopi racikan Ayauw. Ada pula pelanggan puluhan tahun yang sudah ke Amerika, Singapura dan Australia selalu kembali untuk menikmati kopi di sini.
4. Kedai Kopi Massa Kok Tong, 1925
Usaha kedai kopi mulai dirintis sejak 29 Juni 1925 oleh seorang perantau dari negeri Tiongkok bernama Lim Tee Kee. Saat itu, dia masih berumur 17 tahun. Kedai kopi pertama terletak di Jalan Cipto No. 109/115, Pematangsiantar, Sumatra Utara dengan nama Heng Seng.
Demi mempertahankan kualitas, Lim Tee Kee sendiri memilah biji kopi pilihan, meracik, dan menggonseng hingga tahap menyeduh. Alhasil, Citarasa Klasik! Setali tiga uang, pemikiran ini juga di resapi oleh generasi kedua, Lim Kok Tong. Pada tahun 1978 kedai kopi mulai dikelola oleh Lim Kok Tong.
Dengan bekal filosofi mutu, tidak heran kedai kopi kemudian mengalami perkembangan pesat. Demi mengakomodasi antuasiasme pecinta kopi dari berbagai kalangan, kedai kopi mengalami renovasi beberapa kali hingga membuka cabang baru di kota Siantar. Tidak berhenti di situ saja, pabrik pengolahan kopi pun didirikan sehingga kualitas kopi semakin terjamin.
Sejalan dengan itu, Lim Kok Tong memutuskan mengganti nama kedai kopi menjadi Massa Kok Tong.
2. Warung Kopi Ake, 1921
Tradisi minum kopi di Belitung sudah lebih dari 100 tahun. Salah satu warung kopi yang bertahan adalah Warung Kopi Ake. Warung ini sudah buka sejak 1921, seperti dilansir Detik.
Warung Kopi Ake terletak di Jalan KV Senang 57, Tanjung Pandan, Belitung. "Waktu pertama dibuka di sini juga, tapi waktu itu masih pakai gerobak," kata Billy, generasi ke-4 pendiri Warung Kopi Ake.
Kopi susu dan teh susu adalah minuman favorit. Tak ada resep yang berubah sejak dulu. Dan uniknya lagi, ada dua teko air yang sama dengan yang digunakan kakek buyutnya dulu
7. Warung Tinggi, 1878
Warung Tinggi berdiri 1878. Awalnya bernama Tek Sun Ho. Pendirinya Liaw Tek Soen. Kedai
pertamanya berada di jalan Moolen Vliet Oost, Batavia atau Hayam Wuruk, Jakarta. Bila dihitung dari sejak berdiri, kedai ini sudah berusia 137 tahun dengan lima generasi yang mempertahankannya.
Swa melaporkan, Awal pendirian Warung Tinggi berbentuk toko kelontong dan warung nasi. Orang-orang datang berbelanja, duduk santai sambil menikmati kopi. Permintaan kopi terus meningkat. Akhirnya kopi dipilih menjadi menu utama.
Pada 1927, warung dibangun besar-besaran dan mulai terkenal dengan kopinya, dilansir Viva.
Karena letaknya daerahnya yang agak tinggi, pelanggan yang kebanyakan petani menyebut warung ini menjadi Warung Tinggi. Warung Tinggi mulai berkembang dan tahun 1938 mulai menambah jenis kopi lainnya yang diracik oleh Liauw Thian Djie, generasi ketiga.
Kopi pertama yang diracik adalah kopi luwak kemudian bertambah yaitu Torabica (sekarang dikenal Rajabika. Pada 1978, generasi keempat Liauw Hiong Yan atau Rudy Widjaja menambah jenis racikan yakni
Kopi Jantan dan Kopi Betina. Kopi Jantan disukai pria karena rasa yang sangat keras dan meningkatkan vitalitas. Sedangkan Kopi Betina lebih banyak disukai anak muda.
Warung Tinggi sekarang tidak hanya ada di Hayam Wuruk, tapi juga di mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Namanya ditambah menjadi Koffie Warung Tinggi.
Komentar jika ingin request , koreksi , menanya , dll
Komentar spam / menyinggung / tidak semonoh akan dihapus