Inilah Alasan Mengapa Pengguna Facebook Lebih Sering Melihat Iklan



Industri periklanan siap untuk menandai tonggak pencapaian utamanya. Tahun 2016 diproyeksikan riset RBC Capital Market sebagai tahun pertama di mana belanja iklan digital akan melampaui belanja iklan di televisi.

"Ini (iklan Facebook, red) adalah sesuatu yang benar-benar memulai iramanya di tahun lalu," kata Mark Mahaney, Analis RBC Capital Market, dalam presentasinya, yang mengutip 8 miliar penayangan video harian Facebook.

Video Facebook mulai berjalan secara otomatis ketika pengguna menggulirkan (scroll) layarnya. Sedangkan, fitur autoplay yang diluncurkan secara global pada 2014 lalu melengkapi sebuah prestasi langka di mana pemblokir iklan banyak digunakan. Video iklan di Facebook benar-benar membuat orang ingin menonton iklan video tersebut.

Format iklan ini hanya menawarkan para pengiklan momen singkat untuk menimbulkan kesan, apa yang Facebook sebut dengan istilah 3-second audition. Dan karena pratinjau video ini tanpa suara, tidak seperti unit iklan yang 'menggelegar' pada banyak situs penayang, aspek visualnya harus benar-benar menarik perhatian pengguna Facebook.

Facebook sendiri merekomendasikan pembukaan iklan video misalnya dengan "pencitraan cantik" atau "teks pada layar" untuk video kreatif.

"Anda benar-benar harus memanfaatkan waktu di awal untuk menarik perhatian orang," jelas Graham Mudd, Kepala Product Marketing for Brand Advertisers, kepada Quartz.

Ketika orang mengklik untuk memutar video utuh, lanjut Mudd, mereka cenderung lebih terlibat. Tapi iklan harus menyampaikan pesannya.

Iklan pendek, dengan durasi sekitar 15 detik atau kurang, mempunyai performa terbaik. Karena itu, Mudd menyarankan agar iklan video menceritakan kisah-kisah dalam 'dosis' kecil.

Format video autoplay Facebook lahir dari penelitian yang dilakukan oleh situs jejaring sosial tersebut. Penelitian itu menemukan, click-to-play adalah hambatan besar pada perangkat mobile, yang menjadi inti dari keberadaan pengguna Facebook.

"Dalam dunia desktop, model dominan adalah click-to-play, dan orang-orang merasa terganggu oleh autoplay," kata Mudd.

Tapi dalam lingkungan berbasis feed, lanjut Mudd, perilaku konsumen adalah menggulirkan layarnya dan cepat mendiagnosis apakah sebuah iklan menarik atau tidak. Maka, meminta pengguna untuk benar-benar mengklik adalah hal yang mengganggu pengalaman pengguna.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Komentar jika ingin request , koreksi , menanya , dll
Komentar spam / menyinggung / tidak semonoh akan dihapus